Cara Kerja Obat
Citalopram merupakan obat antidepresan golongan SSRI yang bekerja sesuaikan jumlah serotonin.
Efek Samping
Selain miliki dampak yang diinginkan, citalopram miliki berasal dari satu} dampak samping yang tidak diinginkan, seperti gangguan mengingat dan konsentrasi, sakit kepala, mengantuk, mulut kering, keringat bertambah, kram, mual, diare, nafsu makan meningkat, detak jantung lebih cepat, gemetar, gangguan tidur, gejala pilek, dan juga ada masalah mengalami orgasme.
Pemakaian Obat
1) Ikuti seluruh aturan sesuai panduan dokter atau yang tertera terhadap label.
2) Jangan mengfungsikan citalopram kalau di dalam 14 hari sebelumnya Kamu mengfungsikan obat golongan MAOI, seperti isokarboksazid, linezolid, injeksi metilen blue, fenelzine, rasagiline, selegiline, dan tranilsipromin.
3) Jangan mengfungsikan obat ini terhadap anak di bawah 18 tahun.
4) Wanita hamil yang mengfungsikan obat ini dapat terkena gangguan paru-paru dan komplikasi lainnya, sehingga jangan mengawali dan berhenti mengfungsikan obat ini selama masa hamil tanpa persetujuan dokter.
5) Simpan di dalam suhu kamar, menjauhi lembap dan panas.
Dosis
Sediaan oral, dewasa:
1) Untuk menyembuhkan depresi dan depresi fase gangguan bipolar, dosis awal 20 mg/hari, lantas dapat ditingkatkan jadi 40 mg/hari setelah 1 minggu.
2) Untuk mengatasi gangguan kegelisahan atau panik, dosis awal 10 mg/hari lantas ditingkatkan jadi 20 mg/hari setelah 1 minggu.
Interaksi
1) Citalopram menambah dampak antikoagulan bersama adanya obat warfarin.
2) Citalopram menambah risiko hipomania bersama adanya sibutramin.
3) Citalopram menambah penurunan dampak kejang bersama adanya obat golongan TCA dan SSRI.
4) Citalopram berpotensi secara fatal menambah dampak samping bersama adanya obat MAOI.
5) Citalopram memperpanjang interval QT bersama adanya obat QT prolonging (pimozide, quinidine, procainamide, chlorpromazine, thioridazine, amiodarone, sotalol, moxifloxacin, pentamidine, levomethadyl, methadone).
Dokter harus berhati-hati di dalam mengfungsikan antidepresan terhadap penanganan insomnia. Hal ini dikarenakan berasal dari satu} antidepresan justru dapat memperparah gejala insomnia. Bukti ilmiah yang ada untuk mendukung pemanfaatan antidepresan sedatif terhadap insomnia terhitung masih amat terbatas.
Hingga saat artikel ini ditulis, doxepin masih jadi salah satu obat antidepresan yang disetujui penggunaannya untuk insomnia. Pedoman klinis untuk penanganan insomnia sendiri masih berfokus terhadap terapi nonfarmakologis, seperti cognitive behavioral therapy dan sleep hygiene.